Daerah di sebelah timur Tonsea dahulu terdapat banyak pohon. Hutan yang lebat dan tumbuhan yang belum diketahui namanya tumbuh di sana. Banyak pohon yang tumbuh ramping dengan cabang-cabang terkulai. Akan tetapi, banyak juga pohon raksasa yang bercabang-cabang menjulang tinggi, berdaun rimbun, dan padat merindangkan. Daerah ini terletak di lereng Gunung Dua Sudara.


Suatu ketika, orang-orang di daerah Tonsea ingin memperluas kebun mereka. Mereka menebang pohon di suatu daerah dengan cara menebang habis. Mereka ingin menjadikan daerah itu daerah perkebunan dan perkampungan. Jadi, setelah penebangan hutan, akan diadakan penanaman kembali. Orang-orang yang datang dari daerah di sekitar daerah ini mulai mengadakan penebangan dengan cara penebangan hutan kira-kira seluas empat puluh hektar.

Setelah selesai menebang, mereka melihat dari kejauhan ada sebuah pohon yang sangat besar, yaitu pohon bitung. Pohon itu bergaris tengah kira-kira empat belas meter. Berdekatan dengan pohon ini terdapat pula pohon yang lebih besar, yaitu pohon beringin. Pohon ini tumbuh menghijau. Daunnya kecil berbentuk bulat telur yang meruncing ke ujung. Tumbuhnya di daerah berhawa panas.

Pohon beringin itu hanya ditempati burung-burung besar dan menakutkan, seperti burung manguni, burung doyot, dan angko (kera). Pohon bitung dihinggapi berjenis-jenis burung.

Ketika orang-orang melihat dan mendekati pohon bitung, terdengarlah suara riuh dan merdu. Berjenis-jenis burung hinggap di pohon itu. Mereka merasa kagum dan takjub melihat keindahan burung-burung beraneka warna.

Mereka tercengang dan berkata satu sama lain bahwa tempat ini seratus tahun yang akan datang akan menjadi kota besar dan banyak pengunjungnya. Orang akan datang dari berbagai bangsa dan dari seluruh penjuru dunia. Demikianlah, kisah Kota Bitung yang berasal dari pohon bitung yang tinggi dan berdaun lebar, mirip pohon ketapang.

Sumber: Cerita Rakyat dari Minahasa






Post a Comment

Previous Post Next Post