Alkisah, pada suatu hari ketika Datu Insat salat dengan khusuk, datanglah seorang tamu sembari mengeluarkan kapak dan pisau. Tamu tersebut kiranya sakti sebab kapak dan pisau tersebut bergerak sendiri mencari sasaran untuk melakukan pengrusakan. Setelah selesai salat, Datu Insat melihat ada benda tajam yang mencari sasaran untuk mencelakai dirinya. Menyadari hal tersebut Datu Insat mengambil asahan lalu melemparkan asahan ke arah kampak dan pisau yang mencari sasaran tersebut sembari berucap: �Ini musuhmu.� Setelah Datu Insat berucap maka kapak dan pisau tersebut mengasah matanya sendiri.
Setelah kejadian tersebut Sang Tamu mengucapkan �Assalamualaikum�. Tamu tersebut adalah Datu Jawa atau Datu Mastanian. Setelah mengucapkan salam Datu Jawa menyatakan maksud kedatangannya ingin berguru kepada Datu Insat. Hanya saja, Datu Jawa mengutarakan bahwa dia mau menjadi murid Datu Insat apabila Datu Insat dapat mengalahkannya dalam adu kesaktian. Tetapi, jika Datu Insat kalah, maka Datu Insat harus ikut ke Jawa.
Sesuai dengan kesepakatan mereka mereka akan beradu sakti dengan menghilangkan diri. Ternyata, dalam aduk kesaktian tersebut Datu Insat yang menang, sehingga Datu Jawa mernjadi murid Datu Insat. Sekalipun demikian, ternayata Datu Insat juga bermaksud pergi ke Jawa. Karena itu, Datu Insat dan Datu Jawa, yang sekarang menjadi muridnya, pergi ke Jawa bersama-sama.
Di tengah perjalanan, Datu Jawa mengajak Datu Insat berjalan di atas air dengan maksud memamerkan ilmunya kepada Datu Insat. Namun, Datu Insat tidak setuju dengan ide Datu Jawa. Setelah Datu Jawa mengucapkan kata-kata ajakan dengan sangat meyakinkan Datu Jawa mencebur ke Laut. Karena ketakaburan, setelah mencebur ke laut ilmunya tidak ampuh lagi dan Datu Jawa tenggelam. Untunglah Datu Jawa masih mampu menyelematkan diri.
Perjalanan Datu Insat dan Datu Jawa ke Jawa dengan menaiki lampit sebagai perahu. Setelah menyeberangi laut Jawa yang sangat luas, perahu lampit berlabuh. Setelah Datu Insat dan Datu Jawa berlabuh datanglah dua orang ulama dan mereka saling mengucapkan salam. Kemudian Datu Jawa memperkenalkan gurunya kepada kedua ulama itu.
Datu Insat berpelukan dengan kedua ulama itu seperti layaknya sudah saling akrab. Kedua ulama itu menanyakan ilmu apa yang dipergunakan, ilmu dunia atau ilmu akhirat? Datu Insat mengatakan bahwa dirinya menggunakan ilmu hakikat. Ilmu hakikat adalah ilmu kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, ilmu itu yang harus diamalkan. Kedua ulama itu setuju dengan Datu Insat.
Sebenarnya, Datu Insat disuruh tinggal berlama-lama di Jawa. Tetapi dia tidak bersedia karena hari itu juga harus pulang ke Kalimantan. Setelah bersalam-salaman, Datu Insat dan Datu Jawa pulang ke Kalimantan.
Legenda Datu Insat mengisahkan perjalanan seseorang dalam mencari guru yang tepat. Datu Jawa atau Datu Mastanian pergi ke Kalimantan untuk mencari guru. Dia bermaksud berguru kepada Datu Insat. Namun, sebelumnya Datu Insat dicoba dahulu tingkat ilmunya. Dia berjanji akan mengakui Datu Insat sebagai guru jika kalah bertanding ilmu. Jika sebaliknya, Datu Insat harus ikut ke Jawa.
Tema yang ada dalam Legenda Datu Insat ini adalah dalam memilih seorang guru haruslah selektif. Amanat yang terpancar dari tema tersebut adalah jika kita memilih seorang guru, maka hal itu harus dilakukan secara selektif. Guru yang kita pilih harus memenuhi persyaratan tertentu, baik itu persyaratan keagamaan, budi pekerti, ilmu, maupun keterampilan. Selain tingginya ilmu atau kesaktian, jenis ilmunya pun juga menjadi pertimbangan. Ilmu yang baik tidak hanya menekankan kepada kehidupan dunia. Ilmu yang baik berbicara hakikat, yang mencakup dimensi duniawi dan ukhrowi.
Sumber: Kisah Rakyat Banjar
Post a Comment